Jumat, 17 Januari 2014

Bila rindu malu menjadi tak malu

Bila rindu malu menjadi tak malu


Apakah aku masih patut berbalas rangkul dalam kepasrahan diri kepada pewaris Adam
di kamar ini ..? Apakah aku berhak bersujud luruh pada bentangan sajadah di belakang seorang imam
Apakah rindu ini takut .. ataukah malu?
Sehingga tak jujur akan dahagaku yang menelusuri bukit kelembutan dengan hembusan nafas penuh gairah,
Dustakah hidung ini terhirupnya harum wangi bunga melati dlam taman firdaus.
Di pundakku
Alangkah syahdunya kayalan ini bila tak dusta
Dengan rasa tiada tara bagai musafir menemukan bening air dan hanyut dalam anugerahnya
Aku malu membaca syairku sendiri
Syair rindu yang terhalang
syair gairah yang terbentang telanjang
dengan apa ku tutupi rinduku
hanya ada kertas2 berserak yang belom rapi setelah ku baca
ya selalu ku baca mengisi otakku yang kosong melompong
dan kemudian ku coba dan mencoba menuliskan kerinduanku
tak ada yang lain kecuali rindu kedamaian negeriku
Perawan Desa

0 komentar:

Posting Komentar