Jumat, 17 Januari 2014

Mencari jawabnya.


Mengamini setiap doa-doa yang kau lantumkan
Mejadi kesadaran akulah jamaahmu yang satuhu
Tak berdimensi ruang dan waktu batinku menyatu menemukanmu wahai imam pujaan
Bergumul dalam hening menyatukan asa batin menjawab seribu Tanya
Tak satupun hulu atau hilir yang lepas dari kekuasaanNya
Berenang mengikuti gelombang bergandeng tangan
Dada telanjangmu ku baca..,

Kuterpukau
Adakah kita berjalan sendiri atau ego menemani
Dikawal ketat deraian air mata, lalu
Ku hujamkan tatapku di dadamu, masihkah ku lihat bulu bulu lambang kejantananmu ?
Atau hanya terdengar nyanyian rindu yang sering kita dendangkan dulu
Desiran angin mengiringi samudra sunyi
Ku tak pedulli berjalan Sendiri atau bersamamu indahnya tiada berbeda
Sepenuh asa Di sana ada jawabnya

Akhir Juli 2010
Diantara kemeriahan dan bintang
aku memilih sunyi
dimana telah kutanam gektaran rindu untukmu
ketika malam berjatuhan
hingga terdampar di pagi hari
Dan untuk sekian kalinya
aku merasa kau begitu jauh
meski kita masih saling berteduh
dibawah langit yang sama
Jika kau percaya angin adalah satu
jika kau percaya samudera adalah biru
akan kunyanyikan rindu itu
lewat angin, lewat laut,
lewat sunyi dan denting malam.
Puisi dari kekasih..
ku ingin memetik bintang dan berlari kearahmu
mengubahnya menjadi mawar dan kuberikan untukmu
bukan untuk apa”…….
hanya ingin membuatmu tersenyum manis di hari ini

sejujurnya…….
aku pernah memandangmu sangat dalam..!!!
saat engkau menggoreskan pena pada sebuah emailmu
menatapmu seperti seorang bidadari yang diam.
sambil simpulkan senyum di raut wajah yg tidak pernah ku lupakan
tak penting seberapa besar pengorbanan yg dilakukan matahari
yg tak pernah bertemu sang rembulan untuk tersenyum kearahnya
namun dia selalu berikan separuh sinarnya untuk membuatnya indah
agar dia tampak special di hadapan bintang….
ya, aku ingin punyai ketulusan seperti matahari..
nuansa bening


ini nuansa bening yang ku rasa lagi
raga ini bergetar karena teduhmu wahai matahariku
tak peduli di senja yang kian menepi
kita ada di sini dalam keterlanjuran yang pasti
ku pejam mata basahku
haru biru sendu merayu .
sujud syukurku ya Tuhan
kau kembalikan mutiaraku yang hilang
tak penting ku tahu di mana aku kini
dadaku masih lapang,
jiwaku masih lugu
untuk selalu menunggu
sentuhanmu

0 komentar:

Posting Komentar